Ungkapan tersebut diungkapkan Muktar Hanafiah menanggapi aksi demo puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Mahasiswa Pemuda Aceh-WN (GEMPA WN) yang mendesak Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) untuk mancabut mandat jabatan Wali Nanggroe Aceh dari Tgk. Malik Mahmud Al-Haythar yang dilakukan di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Senin kemarin 28 Januari 2019.
Menurut Mukhtar Hanafiah yang kerap disapa Ableh Kandang, kepeminpinan Tgk. Malik Mahmud Al-Haythar masih sangat di butuhkan oleh bangsa Aceh dalam kondisi Aceh saat ini.
"Selain sebagai tokoh paling senior dari kalangan GAM saat ini, Tgk Malik Mahmud juga sebagai tokoh penting dalam proses perdamaian Aceh yang mempunyai tanggung jawab yang berat, apalagi ada pihak-pihak tertentu yang tidak perlu kita sebutkan namanya disini, sangat menginginkan fungsi dan peran beliau rusak, sehingga prestasi kerja dan citranya buruk dimata rakyat Aceh." Kata Ableh Kandang dalam siaran persnya, Selasa (29/01).
Dikatakannya, saya sangat memahami keinginan para mahasiswa yang menginginkan peran Wali Nanggroe menjadi lebih baik, maka dari itu perlu ada dukungan dari berbagai pihak untuk penguatan sistem LWN, Sistem LWN yang kuat sebenarnya harapan Tgk. Malik Mahmud Al-Haythar sendiri, namun tujuan mulia tersebut tentu saja masih terkendala oleh berbagai hal, baik teknis maupun non teknis, baik berasal dari internal maupun eksternal LWN.
Ableh juga menyebutkan, LWN adalah amanah perjuangan bangsa Aceh yang tertuang dalam MoU Helsinki, sehingga kepemimpinan Tgk. Malik Mahmud Al-Haythar dari sudut pandang perjuangan bangsa Aceh masih strategis dan masih sangat dibutuhkan dan posisinya sebagai pemimpin Aceh sangat di akui di kalangan internasional. Begitu pula sebaliknya, tidak tertutup kemungkinan ada sebagian pihak yang tidak menginginkan Tgk. Malik Mahmud Al-Haythar sebagai Wali Nanggroe Aceh saat ini.
Ableh juga berharap, mahasiswa yang memiliki peran sebagai agen of cange untuk menciptakan masa depan Aceh yang lebih baik, harus jernih dalam memandang situasi perpolitikan di Aceh, jangan mudah terpengaruhi propaganda oleh pihak yang ingin membunuh karakter kepemimpinan Aceh sehingga akan merusak citra Aceh di mata Nasional maupun Internasional.
"Adik-adik mahasiswa jangan mudah terpengaruh oleh propaganda pihak yang ingin melemahkan karakter kepemimpinan Aceh sehingga akan merugikan nilai Aceh baik di forum Nasional maupun Internasional," ungkapnya.
Ableh juga menerangkan, sebagai mantan kombatan lapangan yang juga pernah memiliki unit Intelijen di masa konflik dari kalangan mahasiswa, seharusnya dalam hal ini mahasiswa sangat mudah menggali apa tujuan sebenarnya sebuah pergerakan, sehingga dapat mengurai dan mengidentifikasi siapa pihak yang mengelola dan bermain dibalik gerakan untuk menjatuhkan para pemimpin Aceh dari kalangan GAM termasuk ingin menjatukan Tgk. Malik Mahmud Al-Haythar.
"Untuk kedepannya, para mahasiswa Aceh yang mencintai perjuangan dan perdamaian di Aceh, harus jeli dan cerdas dalam bertindak, jangan latah (menari oleh suara gendang yang ditabuh) oleh para pihak yang dari dulu bergiat menghambat kemajuan dan perjuangan politik bangsa Aceh." (Rel/Rj).