Lhoksukon- Muspika Nibong bersama puluhan mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh mengikuti meuseuraya di sejumlah kompleks makam peninggalan era Samudra Pasai di Kecamatan Nibong, Aceh Utara, Minggu (30/09).
Meuseuraya atau gotong royong untuk membersihkan kompleks makam, mengangkat nisan-nisan bersejarah yang sudah terbenam untuk ditata kembali secara layak, di Gampong Bomban, Alue Ngom, dan Maddi, Kecamatan Nibong, itu diawali dengan doa bersama.
Dalam kesempatan tersebut turut hadir Dari Muspika Nibong hadir Camat Fauzi Saputra, S.IP., Danramil Kapten Inf. Salihin, Kanit Intel Polsek Aiptu Muslim mewakili Kapolsek, Ketua MPU Tgk. Warwan, dan Ketua MAA Tgk. Zaibuddin. Selain itu, Kepala KUA Nibong Andi Saputra, S.Hi., Kepala Puskesmas Muslim, S.Kep., MKM., Jajaran KPA DIII Tgk. Chik Paya Bakong sagoe Paya Poe, KNPI kec. Nibong, Imum Chik Tgk. H. Rasyid, dan Imum Mukim Paya Tgk. Zainal Abidin.
Meuseuraya dipandu oleh tim Centre Information for Samudra Pasai Heritage (Cisah) tersebut juga melibatkan Pelajar Peduli Sejarah Aceh (Pelisa), Pramuka Kwartir Ranting Tanah Luas, tokoh adat Nibong, dan perwakilan Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara
"Dari UIN Ar-Raniry hadir 68 mahasiswa dan dosen," kata Ketua Cisah, Abdul Hamid alias Abel Pasai.
Abel Pasai menyebutkan, meuseuraya sejak pagi tadi akan berlangsung sampai sore. Ia mengapresiasi para mahasiswa dan mahasiswi UIN Ar-Raniry, yang datang jauh-jauh dari Banda Aceh untuk meuseuraya di kawasan tinggalan Kerajaan Islam Samudra Pasai.
Sementara itu Geuchik Gampong Bumban Alamsyah mengatakan, Ia Akan Menghibahkan Tanah miliknya 15x 15 M atau 225 Meter yang Berada di Lokasi Citus Sejarah tersebut.
Alamsyah Berterimakasih kepada Lembaga CISAH, PELISA yang telah mengunjungi Citus Sejarah Tgk Cot Kuprah yang berada di kebun miliknya semoga kedepan agar bisa dilestarikan dan dijaga sebaik mungkin. Akan tetapi semua itu tergantung kepada pihak pemerintahan yang akan melakukan apa terhadap penemuan baru tersebut.
Untuk bisa tiba kelokasi Citus sejarah tersebut yang disebut-sebut sebagai citus tertua di Bandar Samudera Pasai itu harus berjalan menempuh areal gunung Cot Kuprah dengan menempuh perjalanan Kaki.
Dikatakannya, Meuseuraya (Gotongroyong) ini dapat terselenggara berkat dukungan Muspika Setempat, Lembaga CISAH, warga dan Mahasiswa UIN Banda Aceh mereka sangat antusias dalam melaksanakannya. Walaupun Kondisinya Sangat memprihatinkan, Ini merupakan bukti rasa syukur atas jasa para Leluhur Endatu kita tempoe dulu, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa Leluhurnya.
Alamsyah juga mengharapkan agar Lokasi Citus Sejarah tersebut agar di bangun infrastruktur dan Pemugaran diperhatikan oleh Pemerintah Daerah, karena lahannya sudah Saya Hibahkan.
Kami harap Pemkab Aceh Utara untuk membantu pembangunan Infrastruktur dan pemugaran, selain bisa kita kembangkan untuk objek wisata Sejarah. (Rajali Samidan)