New York – Jumlah orang dewasa yang memilih hidup melajang di seluruh dunia diklaim terus meningkat. Dalam Pew Report 2014 menyebut satu dari empat orang dewasa muda yang mencapai usia 50 tahun di AS memilih untuk tidak menikah.
Peneliti keluarga dan pernikahan dari University of California Santa Barbara AS, Bella DePaulo menjelaskan, US News & World Report sudah memperingatkan warga AS berpikir negara mereka memiliki moral buruk dan makin buruk. Salah satu alasannya karena makin banyak orang yang melajang.
Selama bertahun-tahun, komunitas di AS hidup dalam klaster-klaster keluarga inti di area suburban. Dalam sebuah riset, sejak 1974, hubungan warga AS dengan tetangganya tidak pernah sejauh seperti sekarang ini. Pasangan suami istri baik dengan atau tanpa anak, lebih nyaman dengan hidup mereka.
"Namun, mereka yang melajang justru sebaliknya. Mereka lebih dekat dengan teman, sanak, dan keluarga serta lebih banyak terlibat di berbagai kegiatan publik," ungkap DePaulo seperti dikutip Live Science.
Sayangnya, mereka yang melajang masih distigma negatif. Mereka disebut kesepian dan dirundung kesedihan. Namun riset menyatakan tidak demikian meski sebagian mereka menilai pernikahan saat ini nampak menyeramkan.
Mereka yang hidup sendiri juga punya hubungan lebih variatif dengan banyak orang. Berbeda dengan mereka yang menikah dan tertekan yang justru menyebabkan terkikisnya kesahatan mental. Para lajang juga lebih percaya diri dalam mempertahankan opini dibanding mereka yang menikah.
Orang tua tunggal saat ini juga berubah. "Mereka bisa hidup lebih terbuka dengan tetangga sehingga dapat saling mendukung perkembangan anak mereka," ungkap DePaulo.
Meski begitu, penelitian itu menyebut pernikahan bukanlah hal buruk. Mereka yang lajang akan menikah karena pertimbangan penuh kesadaran.(harian88)