SABANG – Kapal pesiar dari berbagai negara yang membawa ribuan wisatawan mengelilingi dunia berkunjung ke objek-objek wisata strategis mengarungi Selat Malaka dan Samudera Hindia. Setahun terakhir, kunjungan kapal pesiar ke Sabang, pulau paling ujung barat Indonesia, meningkat lebih 200 persen.
Kunjungan kapal pesiar ke Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Kota Sabang, provinsi ujung barat Sumatera pada 2016 sebanyak 11 unit, padahal tahun sebelumnya hanya empat armada yang sandar.
"Ini menunjukkan tingkat kunjungan kapal pesiar di kita meningkat drastis lebih dari 200 persen," kata Kepala Pelabuhan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) Zulkarnaini Abdullah di Sabang, Kamis (23/3).
Kepala Pelabuhan BPKS Sabang menjelaskan, dari 11 kapal pesiar yang sandar di Sabang, delapan di antaranya berbendera Bahamas, dua British (Inggris) dan satu lagi berbendera Bermuda.
Kapal pesiar tersebut meliputi Silver Shadow (Bahamas), MS Caledonian Sky (Bahamas), MS The World (Bahamas) dan MS Silver discoverer (Bahamas) masing-masing satu kali kunjungan ke Sabang.
Kemudian kapal pesiar Seven Seas Voyager (Bahamas) dan Hamburg (Bahamas), MS Artania (Bermuda), MS Pacific Eden (Britnist) masing-masing dua kali.
"Wisatawan asing yang menumpang kapal pesiar itu semuanya berjumlah 5.933 orang dengan 372 kru kapal," ujar Zulkarnaini.
Ada pun kunjungan kapal pesiar ke Sabang pada 2015 hanya empat armada, yakni MV Amadea, MS Silver Wind, MS Albatros dan MV National Geographic Orion, yang kesemuanya berbendera Bahamas.
Pulau paling ujung barat Indonesia yang dikelilingi dua selat tersibuk di dunia, yakni Selat Malaka dan Samudera Hindia itu merupakan jalur terstrategis di dunia ini sudah sering dikunjungi kapal pesiar membawa ribuan wisatawan dan sandar di Pelabuhan CT-1 dan CT-3 BPKS Sabang.
Kunjungan kapal pesiar ke Sabang itu mendapat sambutan antusias dari Manajemen BPKS, pemerintah setempat, unsur Muspida dan Muspida Plus setempat. Selain para kawula muda yang aktif pada grup seni tradisional dan kreasi lokal, terdiri para pelaku usaha industri pariwisata itu sendiri.
Kapal pesiar seperti hotel apung berjalan di lautan lepas itu membawa ribuan wisatawan dari berbagai negara dengan mudah masuk ke teluk Pulau Weuh dan sandar di Dermaga CT-1 serta CT-3 BPKS Sabang.
Fasilitas pendukung kepelabuhanan yang memadai pun memudahkan kapal-kapal pesiar itu sandar di dermaga BPKS Sabang. "Kedalaman dermaga CT-1, 16 sampai dengan 18 meter dari permukaan laut, kemudian dermaga CT-3 berkisar 20 hingga 25 meter dan fasilitas ini sangat mendukung berbagai jenis 'cruise' untuk sandar," kata Kepala Pelabuhan BPKS Sabang.
Ketika kapal pesiar sandar di Pelabuhan BPKS Sabang, petugas dari Karantina Kepelabuhanan, Syahbandar, Imigrasi, Bea dan Cukai langsung naik ke atas kapal dan para petugas melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar pelayaran internasinoal.
Usai melakukan pengecekan, nakhoda (kapten) Kapal Pesiar MS Artania berbendera Bermuda bersama anak buah kapal (ABK-nya) turun disambut sejumlah penari tarian tradisional meliputi Tari Saman, Rapai Geleng dan tarian-tarian khas etnis Aceh lainnya.
Bahkan Nakhoda Kapal Pesiar Artania bersama ABK-nya tahun 2016 mendapat sambutan antusias dari sekelompok kawula muda penari tarian tradisional etnis Aceh yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo Lues yakni "Tari Guel".
Waktu itu, Nakhoda Kapal Pesiar Artania bersama ABK-nya pun langsung ikut menari dengan menirukan tarian tersebut sembari melepaskan senyum lebar kepada wisatawan lokal yang menyaksikan penyambutan kunjungan kapal pesiar tersebut.
Kemudian, usai pengecekan dan penyambutan ribuan wisatawan yang menumpang pelayaran tersebut turun dari kapal dan disambut para pemandu wisata yang sudah bersertifikasi sesuai standar internasional.
Setiap kunjungan kapal pesiar, Pemerintah Sabang, BPKS dan Pemerintah Aceh melalui Dinas Pariwisata merangkul para pengrajin suvenir lokal untuk membuka pasar dadakan di Area Dermaga CT-1 dan CT-3 BPKS Sabang dan suvenir khas Aceh itu pun dijual ke wisatawan asing tersebut.
Ketika itu, para wisatawan yang menumpang kapal pesiar turun dari atas kapal dan terlihat menukar mata uang asing dengan rupiah di Dermaga BPKS dan membeli suvenir khas Aceh yang dipasarkan di Area Dermaga CT-1 dan CT-3 BPKS Sabang dengan rupiah.
Para wisatawan asing itu kemudian dipandu oleh puluhan petugas wisata lokal yang sudah bersertifikasi bertaraf internasional untuk mengunjugi lokasi-lokasi wisata strategis di diseantero kepulauan ujung negeri tersebut.
Ada pun objek wisata yang sering dikunjungi wisatawan asing dan lokal ketika berlibur ke Sabang, meliputi hamparan pantai pasir putih "Iboih dan Sumur Tiga" yang menghadap ke Samudera Hindia dan Selat Malaka serta destinasi wisata heritagge lainnya seperti Benteng-Benteng Jepang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang Zulfi Purnawati menyatakan, di kepulauan paling ujung barat Nusantara ini terdapat 20 titik (Spot) penyelaman (diving) terbaik dan tersebar di seantero Pulau Weh serta sudah diselami oleh ribuan penyelam dari berbagai belahan dunia.
"Kita punya 20 titik dive yang tersebar diseluruh Pulau Weh yang sudah diselami ribuan penyelam lokal dan asing dari belahan dunia dan mereka datang langsung dari berbagai negara khusus untuk diving di sini," kata Kepala Dinas Pariwisata (Disbudpar) Kota Sabang.
Lokasi penyelaman terbaik di Sabang meliputi, bangkai kapal Jerman (Sophie Rickmers), Batee Dua Gapang, Batee Meuroron, Batee Meuduro, Batee Tokong, Batee Gla, Rubiah Utara, Rubiah Seagarden, Pante Peunateung, Pante Seuke, Pante Ideu, Long Angen atau Pantee Gua, Limbo Gapang, Arus Balee, Seulako Drift.
Kemudian, Sumur Tiga, Anoi Itam, Wreck Tugboat, Pulau Rondo, dan mobil karang. "Ini semua sudah diselami oleh penyelam belahan dunia dan hampir saban hari wisatawan asing sangat mudah didapatkan seperti di Pantai Iboih, Gapang, dan Pantai Sumur Tiga," paparnya.
Zulfi juga mengakui, pulau paling ujung barat Indonesia hampir 98 persen destinasi wisatanya adalah bahari yang sudah terbentuk dengan sendirinya dan masih sangat alimi tanpa ada polesan tangan manusia.
"Objek wisata yang kita jual alam (bahari), laut kita beragam jenis species ikan mudah didapati, terumbu karangnya pun tidak kurang dari 100 jenis, selain itu juga kita punya objek pemandian air terjun, pemandian kolam air panas Jaboi, wisata religi serta haritage," ujarnya.
Menyambut lonjakan kunjungan wisatawan ke Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Perwakilan Sabang pun telah menguji serta melakukan sertifikasi terhadap 200-an pemandu wisata.
"Sekitar 200-an tour guide di Sabang sudah tersertifikasi dan mereka bisa menjelaskan dengan detail lokasi wisata andalan yang dimiliki Pulau Weh kepada wisatawan domestik dan asing," ujar Ketua HPI Kota Sabang Krisnani Murnilawati.
Kawasan Strategis Secara geografis Kota Sabang, Provinsi Aceh luasnya, 12.213,96 hektare, terdiri lima pulau, yakni Pulau Weh, Klah, Rubiah, Seulako dan Pulau Rondo. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, Selatan berbatasan Laut Andaman, Timur Selat Malaka dan Barat berbatasan Laut Andaman.
Kepulauan paling ujung barat Indonesia ini juga telah ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata tahun 2007 sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan sejak itu pemerintah daerah terus mengampanyekan industri pariwisata.
Pasca pemerintah menetapkan Kota Sabang sebagai KSPN, tingkat kunjugan wisatawan domestik dan internasional terus meningkat berlibur ke pulau terluar (Sabang).
Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan serta menaikkan pendapatan pelaku usaha industri pariwisata Pemerintah Kota Sabang pun menggelar berbagai kegiatan yang kemudian diharapkan dapat menarik minat kunjungan wisatawan domestik maupun internasionnal.
"Kita terus membenahi infrastruktur pendukung pariwisata, selain itu kita juga menggelar berbagai ajang untuk menarik kunjungan wisatawan ke sini," kata Walikota Sabang Zulkifli H Adam.
Ada pun ajang yang akan digelar di Sabang pada 2017 meiputi Pentas Seni Nusantara Sabang (Sangar-sangar Binaan PARBUD), 12-29 April, Seleksi Gita Graha Nusantara 4-6 Mei, Seleksi Duta Wisata Sabang 18-21 Mei, Lomba Geulayang Tunang dan mewarnai kareung 29-30 Juni, Fishing Day 29-17 Juli.
Kemudian, Pawai Budaya tanggal 30 Juni-17 Juli, Pentas Seni Sabang 15-29 Juli, Lomba Nyanyi Lagu Nasional /Daerah/Fashion Show dalam hut RI 17-18 Agustus, Pawai 1 Muharram 17-18 Agustus, Pentas Seni Budaya 17-26 Agustus, Latihan Tari Kolosal (Pembukaan Sail Sabang 2017) September sampai Oktober, Ocean Day 1-17 Desember, serta 28 November sampai 7 Desember Sail Sabang.
"Objek wisata yang kita jual adalah alami tanpa ada polesan semua itu natural, pantai, heritage dan pesona alamnya," kata Wali Kota Sabang.
Untuk menarik minat kunjungan kapal pesiar dan kapal layar "yacht" Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS) pun menggelar berbagai kegiatan pada 2017. Di antaranya "Sabang Marine Festival III" pada Arpil 2017 dan kegiatan tersebut akan dihadiri para pelayar atau pengguna kapal yacth dari berbagai belahan dunia.
Kepala BPKS Fauzi Husin menceritakan, jika tidak ada halangan yang merintangi, pihaknya akan melaksanakan kegiatan akbar internasional sebagaimana telah direncanakan bersama yakni Sabang Marine Festival III 2017 pada April mendatang.
"Rencana kegiatan ini kita laksanakan akhir April. Kegiatan tersebut merupakan agenda tahunan dalam rangka mempromosikan wisata bahari kepada wisatawan mancanegara khususnya kepada para komunitas Yacht dunia," kata Kepala BPKS.
Dikatakannya, bila melihat dari SMF I sedikitnya ada 8 yacht yang datang dan SMF II ternyata peserta yang hadir mencapai 20 yacht. "Bahkan sepanjang tahun 2016 ini ada sekitar 60 yacth yang singgah ke Sabang dan ini bukti bahwa Sabang Marine Festival sangat efektif dalam mempromosikan wisata," ujar Fauzi.
Fauzi menceritakan, secara geografis letak Sabang menjadi sangat strategis terhadap kunjungan kapal-kapal wisata dari Malaysia dan Thailand. Bahkan, Sabang bisa menjadi destinasi Wisata Asia dan Dunia yang diperhitungkan.
Melalui kegiatan ini, dirinya sangat yakin dapat memacu kunjungan Para Pelayar Dunia yang berada di Asia untuk bisa berkunjung ke Sabang.
"Apalagi dengan kemudahan yang telah diberikan seperti kebebasan visa, visa on arrival (VOA) dan kemudahan perizinan lainya, seperti CAIT ( Clearance and Approval for Indonesian Territory). Dengan begitu saya yakin Sabang bisa lebih sering dikunjungi yacht dan cruise pada masa mendatang," jelas Fauzi.
"Dengan fasilitas yang memadai kita sangat yakin ke depan Sabang akan menjadi magnet kunjungan kapal-kapal cruise dari berbagai negara dan kunjungan wisatawan ini akan memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat lokal khususnya serta pelaku usaha industri pariwisata itu sendiri," tuturnya.(ant/harian88).